(•̯͡.•̯͡)
Rara
menghembuskan nafas panjang. Pagi itu sedikit berembun, udara juga sejuk. Ia
bangkit dan berjalan menuju meja makan. Pagi itu sedikit spesial. Ada sebungkus nasi kuning
disana. Ibu yang sedang mencuci piring tersenyum manis. “Untukmu, nduk. Dimakan
ya,”
Rara
balas tersenyum pada ibu dan meraih bungkus nasi diatas meja. “Terimakasih, bu.
Tidak usah repot – repot,”
Ibu
menggeleng. “Sesekali, Rara. Makannya cepat ya, nanti dilihat Ali. Nanti Ali
menangis lagi.”
Ada sebersit penyesalan di
hati Rara. “Bu, ini nasinya dibagi dua aja sama Ali. Ali kan, suka juga. Dia pasti senang makannya,”
Dengan cepat Rara mengambil piring dan membagi nasi kuning dalam dua piring.
Ibu yang melihat
memandangnya terharu. “Maaf ibu nggak bisa kasih Rara apa – apa… maklum sejak
ayah meninggal…”
Rara menggeleng
dan tersenyum. “Nggak apa – apa bu… Ibu nggak perlu repot – repot… lagipula
mestinya Rara yang kasih ibu banyak,”
Ibu kembali
melanjutkan mencuci pakaian. Memang, semenjak ayah meninggal tahun lalu,
keadaan keluarga mereka memang serba sulit. Rara terharu dengan perjuangan ibu
menghidupi ia dan Ali selama ini. Ibu pun masih ingat hari ulang tahunnya kini.
Terimakasih, tuhan kau masih memberiku
seorang ibu yang baik dan perhatian…
(•̯͡.•̯͡)
Jo memandang heran sebuah
amplop berwarna biru di mejanya. “Apa ini?” Raisa yang ada di depannya
mengacungkan sebuah amplop yang sama. “Undangan ulang tahun Kyra. Besok hari
ulang tahunnya, ia mengadakan birthday
party dirumahnya.”
Jo
menaruh amplop itu dikolong meja dan duduk. Hari
ulang tahun… ia tersenyum pahit. Ia teringat kejadian kemarin malam.
Tadi
malam, ayahnya pulang pukul 10 malam tepat sesaat sebelum ia menyentuh daun
pintu kamar. Ayahnya mengatakan akan kalau ia akan pergi keluar kota selama seminggu dan
akan pergi ke bandara pagi – pagi sekali karena akan mengejar pesawat pertama.
Ia hanya mengangguk tadi malam.
Saat
bangun pagi harinya, Jo menemukan secarik kertas yang tertempel di kulkas.
Happy
Birthday, Son.
Have
a nice day, Hope Everything Gonna get better!
-
Dad -
Ia juga menemukan
sekotak kado berisi sebuah miniatur salah satu tokoh marvel dan sebuah novel.
Ayahnya masih ingat akan hobinya membaca novel dan mengoleksi miniatur.
Jo menghela nafas
panjang. Tidak banyak hal spesial di hari ulang tahunnya. Sepatah kata dari
seorang ayah merupakan hal paling berarti baginya hari itu.
Terimakasih, tuhan kau telah memberikanku
kesempatan sekali lagi…
No comments:
Post a Comment