Sunday 24 February 2013

Where is the Moonlight? (Part 3)


Chara
Bagaimana rasanya menyukai seseorang tapi kau tidak mengetahui apapun tentang orang itu bahkan namanya? Seakan ada rasa menggelitik setiap hari dan seperti ada orang yang mendesakmu untuk bertanya pada siapapun.

Orang itu datang kekelas saat sosialisasi Festival yang diadakan setiap musim semi. Orang itu merupakan salah satu anggota klub yang mengurus acara festival tahunan itu. Aku mendesak Spica yang satu klub dengannya untuk memberi tahuku siapa namanya. Tapi Spica sendiri menggeleng karena ia sama sekali belum pernah melihat orang itu saat kegiatan di klub. Aku tidak akan pernah menyerah.

Tapi dibalik rasa penasaran itu, aku terus berfikir. Kok bisa ya, ada orang yang mirip Choi Siwon?
---

Shera
Terlihatlah sekarang benang merahnya. Teman – temanku akhirnya mengetahui semuanya. Lihatlah! Sekarang mereka mendesakku untuk meninggalkan hal yang ‘semu’ itu. “Didepan matamu ada banyak hal yang lebih nyata terlebih lagi yang satu itu! Kembalilah ke dunia nyata, Shera!” seru Chara suatu hari.


“Kami menghargai apapun yang kamu lakukan, selama itu membuatmu senang, dan itu hal – hal yang baik. Bukan di jalan yang menyimpang,” tambah Nash dan Spica.

“Kata Juan Mata, kita harus move on,” kutip Spica dari kutipan seorang pemain bola di tim favoritku. Kami hanya tertawa saat itu. Saling meledek satu sama lain tentang move on.

Move on? Kenapa tidak? Tapi masalahnya tidak semudah itu untuk move on. Aku tidak memiliki perasaan apapun terhadapnya. Sungguh. Aku sama – sama menganggapnya teman, sahabat, atau seseorang yang patut dikagumi karena skill yang dia miliki. Sama seperti ketiga temanku yang lain.

Sejak saat itu aku tidak dapat menahan diri untuk melirik kebelakang sesekali. Akupun lebih memilih memunggunginya terkadang. Teman – temannya sungguh berisik.

Sejak saat itu pula, kami tidak pernah mengobrol panjang atau hal lainnya. Hanya sekedar basa – basi soal catatan pelajaran atau pinjam – meminjam catatan.
Aku mulai merasa canggung.
---

Waktu berlalu, sudah terlalu lama aku memendam hal ini. Ketiga temanku mencari cara mengetahui ‘hal itu’ dari Vindemiatrix langsung, tapi sayangnya Vindemiatrix selalu dikelilngi teman – temannya. Anak – anak perempuan lainnya. Sudahlah, aku hanya ‘sedikit’ menyukainya.

Sedikit? Skala apa yang kau pakai, Shera? Sedikit dalam arti satu kilogram atau sedikit dalam arti separuhnya? Aku hanya bisa mengejek diriku sendiri dalam hati.

Suatu pagi yang mendung (seperti pagi – pagi sebelumnya), aku agak terkejut saat mendengar cerita dari Chara. Hatiku ketar – ketir. Sebenarnya bukan masalah buat otakku yang mengukur perasaan dengan skala ‘sedikit’. Tapi dengan skala hatiku yang sulit ditebak?
Aku ingin berlari dari kenyataan. Aku sangat ingin cepat – cepat terbang dari kelas ini. Segera.
---

No comments:

Post a Comment